Hati-Hati! Ini 5 Ciri Beras Oplosan yang Bisa Merusak Ginjal dan Hati

Hati-Hati! Ini 5 Ciri Beras Oplosan yang Bisa Merusak Ginjal dan Hati

Hati-Hati! Ini 5 Ciri Beras Oplosan yang Bisa Merusak Ginjal dan Hati-dok. istimewa-

KALSEL.DISWAY.ID - Semua beras memang terlihat mirip, tapi tidak semuanya aman dikonsumsi. Guru Besar Teknologi Industri Pertanian IPB University, Prof Tajuddin Bantacut, mengungkap cara mengenali beras oplosan yang bisa berbahaya jika dikonsumsi terus-menerus.

Menurut Prof Tajuddin, beras oplosan biasanya dicampur bahan lain atau diolah ulang untuk mempercantik tampilan dan menekan biaya, namun justru berisiko bagi kesehatan.

Ciri-Ciri Beras Oplosan

  • Warna tidak seragam – Ada butiran putih cerah bercampur kusam atau kekuningan.
  • Ukuran bervariasi – Panjang-pendek dan besar-kecil bercampur.
  • Aroma mencurigakan – Bau apek, kimia, atau tidak segar.
  • Nasi lembek atau cepat basi – Tidak pulen, terlalu lengket, atau basi lebih cepat.
  • Benda asing saat dicuci – Muncul serpihan plastik, serbuk putih, atau partikel lain.

Jenis Praktik Oplosan

  • Dicampur bahan lain seperti jagung tanpa keterangan label.
  • Blended antar varietas untuk memperbaiki rasa/tampilan, tapi tanpa transparansi.
  • Beras rusak yang dikilapkan ulang dengan bahan kimia agar tampak baru — ini paling berbahaya.

BACA JUGA:GIIAS 2025 Pecahkan Rekor Setengah Juta Pengunjung! Ini Fakta Menariknya

BACA JUGA:Rambut Rontok? Coba Cara Ini, Bisa Dilakukan Sendiri di Rumah!

Bahaya Kesehatan

Beras oplosan bisa mengandung bahan kimia seperti pemutih atau pengawet sintetis yang merusak hati, ginjal, dan organ vital. Beras rusak juga dapat mengandung jamur atau mikroorganisme yang memicu gangguan pencernaan hingga keracunan.

Tips Menghindari Beras Oplosan

  • Beli dari sumber tepercaya dan berlabel jelas.
  • Perhatikan bau, warna, dan ukuran butiran sebelum membeli.
  • Cuci beras sebelum dimasak, amati apakah ada partikel asing.
  • Simpan beras maksimal 6 bulan.
  • Waspada jika harga terlalu murah atau tampilan terlalu mencurigakan.

Prof Tajuddin menegaskan, keamanan beras bukan hanya soal produksi, tapi juga distribusi dan konsumsi agar kualitas pangan terjaga.

Sumber: