Baras Kuning, Tradisi Banjar sebagai Penangkal Bala yang Sarat Makna Spiritual

Beras Kuning-dok. istimewa-
KALSEL.DISWAY.ID - Kalimantan Selatan menyimpan beragam tradisi dan istilah khas yang masih dipercaya hingga kini. Salah satunya adalah “Baras Kuning”, sebutan untuk beras yang telah melalui prosesi doa atau ritual tertentu, dan diyakini masyarakat Banjar sebagai penangkal bala.
Apa Itu Baras Kuning?
Dalam bahasa Banjar, “baras” berarti beras, sementara “kuning” merujuk pada warna beras yang telah diberi pewarna alami, biasanya dari kunyit. Beras ini kemudian digunakan dalam berbagai ritual adat maupun keagamaan, dan dianggap memiliki makna simbolis serta kekuatan spiritual.
Masyarakat Banjar meyakini Baras Kuning sebagai bentuk perlindungan diri dari mara bahaya, penyakit, hingga gangguan gaib. Meski sederhana, tradisi ini sudah diwariskan turun-temurun dari leluhur, dan hingga sekarang masih kerap dilakukan, terutama dalam acara tertentu.
Prosesi dan Penggunaan
Baras Kuning biasanya dibuat dengan mencampurkan beras dengan parutan kunyit sehingga menghasilkan warna kuning alami. Setelah itu, beras ini didoakan oleh tokoh agama atau orang yang dianggap alim.
Ada beberapa penggunaan Baras Kuning dalam tradisi Banjar, antara lain:
-
Upacara Tolak Bala
Baras Kuning ditaburkan di sekitar rumah, jalan, atau tempat tertentu sebagai simbol menolak bala dan memohon keselamatan. -
Acara Hajat dan Syukuran
Saat keluarga menggelar hajatan seperti pernikahan, khitanan, atau kelahiran, Baras Kuning kerap dibagikan atau ditaburkan sebagai doa keberkahan. -
Pelengkap Ritual Adat
Dalam sejumlah tradisi, Baras Kuning menjadi bagian penting yang tidak boleh dilewatkan. Selain sebagai simbol kesucian, warna kuning juga dipercaya membawa keberuntungan.
Makna Spiritual dan Filosofi
Bagi masyarakat Banjar, Baras Kuning bukan sekadar beras berwarna, melainkan sarat makna. Warna kuning melambangkan kesucian, keselamatan, dan kemuliaan. Dengan doa yang menyertainya, Baras Kuning menjadi simbol permohonan perlindungan kepada Allah agar terhindar dari malapetaka.
Lebih dari itu, tradisi ini juga mengajarkan nilai kebersamaan. Saat prosesi dilakukan, warga berkumpul, berdoa bersama, dan memperkuat tali silaturahmi.
Antara Tradisi dan Kepercayaan
Di tengah perkembangan zaman, sebagian generasi muda mungkin mulai mempertanyakan relevansi Baras Kuning. Namun, banyak tokoh masyarakat menekankan bahwa Baras Kuning bukan untuk disembah, melainkan sebagai media doa dan simbol tolak bala, serupa dengan sedekah atau doa keselamatan lainnya dalam Islam Nusantara.
Pemerintah daerah maupun pegiat budaya pun terus mendorong agar tradisi ini dilihat dari sisi positifnya—sebagai warisan budaya dan identitas masyarakat Banjar.
Istilah Baras Kuning bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan lebih dari sekadar simbol. Ia adalah cermin kearifan lokal yang menyatukan nilai budaya, spiritual, dan sosial.
Lewat tradisi ini, masyarakat tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga terus mengingat pentingnya doa dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Sumber: